Dari Bengkel ke Dunia Digital: Kisah Rahmat, Ayah yang Menemukan Harapan Lewat Game Edukasi Anak
Di sebuah gang sempit di pinggiran Kota Malang, suara mesin motor tua dan dentingan kunci pas sudah menjadi lagu sehari-hari bagi Rahmat, 42 tahun. Lelaki itu bekerja sebagai montir sejak usia belasan. Tangannya kasar, penuh bekas oli, tapi di balik itu ada hati yang lembut untuk keluarga kecilnya.
“Saya cuma ingin anak saya bisa sekolah tinggi. Jangan kayak bapaknya,” katanya pelan, menatap ke arah foto anak sulungnya yang kini duduk di semester pertama Universitas Negeri Malang.
Setiap hari Rahmat membuka bengkel dari pukul tujuh pagi hingga larut malam. Pendapatannya tak menentu — kadang hanya cukup untuk beras dan listrik, kadang bahkan tak sampai. Istrinya, Siti, membantu dengan menjahit pakaian tetangga di rumah kontrakan kecil mereka di belakang bengkel.
Tekanan yang Menyesakkan
Saat anak pertamanya, Dina, diterima di universitas, Rahmat seharusnya bahagia. Tapi justru saat itu pula beban hidup terasa semakin berat. Biaya kuliah, kos, buku, transportasi — semua datang bersamaan, dan tabungannya hampir habis untuk kebutuhan harian.
“Saya sempat merasa gagal sebagai ayah,” ucapnya. “Mau kerja lebih keras pun, tubuh rasanya sudah tak kuat.”
Di tengah tekanan itu, Rahmat sempat berpikir untuk menyerah. Tapi suatu malam, ketika Dina pulang membawa laptop dan memperlihatkan sebuah game edukasi yang sedang dia kembangkan untuk tugas kuliah, semuanya berubah.
Secercah Harapan dari Dunia Digital
Game itu sederhana — tentang cara merakit sepeda motor dengan benar. Dina meminta bantuan Rahmat untuk menjelaskan mekanisme mesin, karena dosennya ingin game itu terasa realistis. Saat Rahmat menjelaskan, Dina merekam dan mengubah penjelasan itu menjadi tutorial interaktif.
Keesokan harinya, video singkat tentang game itu diunggah ke media sosial. Tak disangka, video itu viral. Banyak orang memuji keaslian narasi Rahmat yang apa adanya dan penuh pengalaman. Beberapa siswa SMK bahkan meminta Rahmat membuat seri lanjutan sebagai bahan belajar.
Dari Bengkel ke Kelas Virtual
Sejak saat itu, Rahmat dan Dina mulai rutin membuat konten edukatif bersama. Mereka membangun kanal YouTube kecil berisi video tutorial otomotif dan cerita kehidupan bengkel. Perlahan, penghasilan tambahan mulai datang dari iklan dan kerja sama dengan sekolah-sekolah teknik di sekitar Malang.
Meski tak langsung membuat mereka kaya, perubahan itu membawa harapan baru. Rahmat bisa membantu biaya kuliah anaknya tanpa berutang, dan kini ia bahkan bermimpi membuka bengkel pelatihan gratis bagi anak muda yang ingin belajar mekanik.
Akhir yang Menghangatkan
Di bengkel kecilnya, Rahmat kini menempelkan selembar kertas bertuliskan tangan: “Belajar dari hidup, ajarkan dengan hati.” Kalimat itu menjadi moto baru baginya — simbol dari perjalanan panjang seorang ayah yang tak pernah berhenti mencari cara untuk memberi masa depan lebih baik bagi anak-anaknya.